Cerita ini terjadi ketika anak bengkel main ke kost ‘Aflos’
medio 2008 lalu. Saat itu, anak-anak kost sedang ribut berunding tentang
jumlah pembayaran rekening listrik yang
adil.
Begini ceritanya. Ini kost terdisi dari dua belas kamar.
Sebelum hari itu, sewa kamar dibayar sekaligus dengan rekening listrik dan air.
Belakangan, uang sewa diturunkan tetapi listrik dan air dibayar masing-masing.
Mereka pun berunding tentang pembayaran rekening listrik
bulan tersebut. Kabarnya, dalam pertemuan semua sudah sepakat bahwa setiap
orang membayar tagihan secara adil sesuai dengan jumlah pemakaian
masing-masing.
Pemakaian setiap anak kost berbeda satu dengan yang
lainnya. Kamar 3 punya satu lampu. Kamar 2 punya komputer, salon, setrika
listrik, dan magic jar. Kamar berikut punya setrika listrik. Kamar satunya
punya rice cooker. Kamar ujung punya satu set pemutar musik. Kamar lainnya cuma
punya lampu satu atau dua. Dan besaran tagihan untuk tiap alat listrik tersebut
pun telah ditetapkan masing-masing.
Masalahnya, mereka hendak mengumpulkan uang pas untuk
tagihan listrik bulan itu. Tetapi setelah terkumpul, uangnya selalu lebih atau
kurang. Tidak pas. Karenanya, masing-masing orang mengambil kembali uangnya
karena merasa tidak adil. Si koordinator yang mengumpulkan uang pun bingung,
dan mengundang semuanya untuk membicarakannya sekali lagi. Nah, di situlah ribut-ribut
muncul tentang cara menghitung yang paling pas.
Kebetulan anak bengkel menyaksikan ribut-ribut itu, lalu
turun tangan. Berlagak jadi konsultan. Padahal persoalan ini adalah persoalan
berhitung sederhana yang sudah diajar di sekolah dasar!
Pertama, tarif kira-kira untuk tiap kamar didaftar sesuai
jumlah peralatan masing-masing. Katakan saja ini namanya ‘tarif semu’. ‘Tarif
semu’ tiap kamar lalu ditotal menjadi ‘total tarif semu’. Supaya ‘tarif semu’
tiap kamar berubah menjadi tarif sesungguhnya, maka harus dibuat persentasi.
Ini dilakukan dengan membagi ‘tarif semu’ dengan ‘total tarif semu’ lalu
dikalikan 100%. Ini dilakukan untuk masing-masing kamar sehingga didapat
persentasi tiap kamar. Langkah terakhir, persentasi tiap kamar dikalikan dengan
tarif sesungguhnya yang harus dibayar. Maka didapat tarif yang harus dibayar
oleh tiap kamar. Masalah selesai.
Ternyata, anak-anak kost ini mahasiswa juga. Menyesal
pendidikan tidak mampu membuat mereka menyelesaikan masalah sesederhana ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar