ti.unikom.ac.id |
Keselamatan kerja merupakan kebutuhan mendasar yang diperlukan dalam bidang manufaktur dan kegiatan industri. Cara-cara peningkatan keselamatan kerja berdasarkan Indeks Batas Keselamatan pun telah dibahas.
Oleh Wah Seng Liew,
manajer bisnis Otomasi Komponen Rockwell Asia Tenggara.
Tiap 15 detik, seorang pekerja di
suatu tempat di dunia meninggal akibat
penyakit atau kecelakaan kerja dan
160 lainnya menderita akibat kecelakaan kerja. Hampir
6.000 orang meninggal setiap hari akibat penyakit
atau kecelakaan kerja dengan total lebih dari dua juta kematian per tahun. Beban ekonomis akibat
keselamatan dan kesehatan kerja
yang buruk ini diperkirakan mencapai
empat persen dari angka Produk Domestik
Bruto (PDB) per tahun.
Keselamatan kerja adalah kebutuhan dasar yang diperlukan di bidang manufaktur dan kegiatan
industri. Ia melindungi pekerja,
mencegah waktu terbuang
yang tidak perlu dan mewujudkan standar
kepatuhan. Selain itu, perusahaan-perusahan kelas atas melakukan pendekatan
keselamatan secara holistik sebagai poin
utama untuk mendorong produktivitas,
memeroleh efisiensi dan meningkatkan
semangat kerja karyawan sekaligus
melindungi reputasi brand mereka.
The Aberdeen Group dalam
tiga survei terpisah melaporkan bahwa eksekutif manufaktur yang cerdas menggunakan
empat indikator utama untuk
mengukur kinerja keselamatan:
• Efektivitas Peralatan Menyeluruh (EPM)
• Tingkat kecelakaan berulang
• Tingkat frekuensi cedera
• Penurunan aset waktu takterjadwal
Survei menemukan bahwa produsen-produsen kelas atas, didefinisikan atas 20% skor kinerja
agregat mereka, meraih EPM 5-7 persen lebih tinggi, kurang dari setengah tingkat cedera rata-rata, dan
2-4 persen pengurangan
waktu takterjadwal. Selain itu, mereka juga mengalami kecelakaan kerja yang jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan rata-rata, 1:2.000 karyawan berbanding 1:111.
Produsen tersebut berbagi sarana praktikal
utama yang dapat dikelompokkan menjadi
tiga elemen pokok pada setiap
program keselamatan:
• Budaya (perilaku)
• Kepatuhan (prosedural)
• Modal (teknis)
Masing-masing pilar keselamatan
ini sama penting dan saling bergantung. Sebuah
perusahaan yang membangun budaya
keselamatan yang kuat bisa saja maju pesat tanpa komplain atas standar-standar maupun investasi dalam teknologi keamanan mereka. Demikian pula, jika produsen melakukan investasi signifikan atas
teknologi dan prosedur keselamatan tetapi manajemen tidak dapat menanamkan
keselamatan dalam DNA budaya perusahaan, maka investasi tersebut bisa saja terpinggirkan.
1. Budaya
Budaya keselamatan umumnya merupakan indikasi budaya perusahaan secara luas. Selain
meningkatkan keselamatan kerja, budaya
keselamatan yang kuat dapat meningkatkan semangat kerja karyawan dan ikut menarik minat para pekerja berkualitas.
Untuk mengatasi adanya variasi dalam hal cara para pekerja menerapkan
prosedur keselamatan, perusahaan sadar
keselamatan memfokuskan diri pada tiga perilaku
strategis karyawan berikut ini:
• Transparansi- didasarkan atas iklim kepercayaan di
mana karyawan bisa mengungkapkan kebenaran tanpa ragu dan memahami bahwa keselamatan jauh lebih penting daripada produktivitas.
• Kepemimpinan Bersama dan
Akuntabel – Berpatok
pada bagaimana karyawan bertanggung
jawab serta akuntabel, tidak hanya
atas keselamatan pribadi mereka, tetapi juga keselamatan kerja orang lain.
• Swa-rasionalisasi Karyawan- Ditentukan oleh
bagaimana karyawan mengubah pendekatan
melekat atas keselamatan dari proses yang diikuti secara robotik hingga membuat keputusan naluriah terkait keselamatan.
Salah satu rintangan terbesar untuk mencapai
budaya ini adalah
memunculkan apresiasi bersama serta umum atas keselamatan kerja di antara
semua pihak sehingga keselamatan kerja lebih dari sekadar prioritas. Ia harus
menjadi nilai utama dalam budaya perusahaan.
Beberapa pertanyaan awal untuk
membantu mengukur budaya
keselamatan sebuah usaha manufaktur meliputi:
• Apakah para pemimpin, tim serta karyawan adalah pengamat yang obyektif?
• Dapatkah karyawan yang melihat
apa yang terjadi di areal pabrik bisa
memahami dampak nyata ataupun potensialnya terhadap keselamatan kerja?
• Apakah masalah keselamatan disikapi dengan
dalih atau saling menuding ataukah disikapi dengan jujur dan transparan?
• Di ruang pertemuan ataupun di areal pabrik, apakah semua orang sama-sama
berbicara ataukah hanya orang-orang
tertentu?
Budaya keselamatan yang kuat harus dikomunikasikan dan dicontohkan dari
atas ke bawah sehingga setiap
karyawan tahu bahwa manajemen
berkomitmen untuk mewujudkan budaya berkelas
dunia, dimana keselamatan kerja terintegrasi
pada brand serta rencana bisnis perusahaan.
2. Kepatuhan
Sebuah tantangan besar bagi perusahan menufaktur adalah membangun hubungan antara kerekayasaan, operasi, pemeliharaan, penanganan lingkungan, divisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); terutama bagi perusahaan-perusahaan besar
yang keterpisahannya lebih mencolok. Usaha komunikasi, pertemuan maupun pemahaman bagaimana pekerjaan masing-masing berpengaruh pada orang lain dapat memungkinkan tim bekerja ke arah
tujuan bersama di atas tujuan pribadi masing-masing.
Sebagai contoh, perusahaan dengan budaya
keselamatan kerja’ memahami bahwa komunikasi lintas divisi sangat penting pada saat mengorder mesin-mesin
baru - sehingga
syarat-syarat tertentu dapat ditempatkan sebagai perlindungan terhadap benda berbahaya; operator dapat mengerti posisi mereka di sana; dan ia tidak dihilangkan demi alasan kenyamanan. Standar
keselamatan fungsional bersama
adalah kepastian konsistensi melampaui pemesinan pabrik yang
mana menyatukan kebutuhan semua
pekerja yang berinteraksi dengan peralatan-peralatan tersebut.
Perusahan manufaktur yang mengutamakan keselamatan
menerapkan standar yang sama untuk
mengupgrade peralatan seperti yang
mereka lakukan terhadap pembelian
peralatan baru, terutama perusahaan dengan kemampuan teknik in-house.
Desain dan remanufaktur proyek ini diambil dari Batas-batas Keselamatan ENQUIRY NO. 1202: Tiga Elemen
Keselamatan Krusial di kelas utama Oleh Steve
Ludwig, Program Manager
Keselamatan, departemen rumah
tangga Rockwell Automation yang mengadakan standar EPM yang sama untuk pengiriman mesin baru.
Selain itu, perusahan manufaktur ini mempertimbangkan
dampak dari kepatuhan (atau ketidakpatuhan) di luar batas-batas
mereka. Mereka tidak
bisa menutup mata terhadap vendor atau pemasok bahan dengan standar
yang lebih rendah dan risiko
tekanan publik yang besar terhadap
penanganan bisnis tersebut. Mereka
tahu bahwa mereka akan menghadapi risiko keuangan dan reputasi
jika operasi mereka terganggu atau bahkan
terkait dengan pemasok yang lalai.
3. Modal
Perusahan manufaktur kelas atas memiliki pemahaman
yang kuat tentang teknologi keselamatan
kerja dan teknik-tekniknya. Mereka
berhati-hati terhadap empat kategori investasi
modal keselamatan kerja
ini:
• tidak lengkap atau tidak benar: Keselamatan adalah hal
yang terkait dengan pemikiran, jika semua hal
diperhitungkan. Pekerja diharapkan
menjaga keamanan diri mereka. Jika teknologi keselamatan
dipergunakan, ia cenderung disalahgunakan atau dirusak.
• Dasar: Upaya yang dilakukan untuk memastikan kepatuhan operasional pabrik terhadap aturan-aturan keselamatan kerja. Selain perangkat
kontrol standar, teknologi keselamatan
dasar serta teknik-teknik
yang digunakan termasuk relay berpelengkap
keamanan serta prosedur lock-out/tag-out.
• Dioptimalkan: teknologi keamanan tambahan dan teknik-teknik
yang digunakan untuk mengoptimalkan keselamatan
kerja. Perusahan manufaktur ini menggunakan
alternatif yang lebih maju untuk fungsi
lock-out/tag-out
ketika hal
tersebut dianggap sulit, mahal atau memakan banyak waktu.
• Terpadu: pemesinan mempunyai integrasi yang erat antara fungsi keamanan dan fungsi kontrol. Sementara perusahan manufaktur
memahami bahwa fungsi keamanan dan kendali harus
dipisahkan, mereka juga mengetahui bahwa keduanya dapat bekerja bersama-sama satu
sama lain untuk meningkatkan efisiensi
operasional serta produktivitas.
Dalam penelitian Aberdeen Group,
74% perusahan manufaktur terkemuka yang
peduli keselamatan
kerja mengatakan
bahwa mereka menggunakan teknologi keselamatan yang terintegrasi untuk meningkatkan diagnosa serta mengurangi
resiko waktu yang hilang. Teknologi
tersebut meliputi kontroler keselamatan terintegrasi,
yang merupakan
gabungan antara keamanan, kontinuitas, gerakan, drive serta
kendali proses dalam satu paket. Solusi tersebut dapat
dihubungkan untuk memulai sistem informasi
yang luas, memberikan visibilitas operator pabrik
secara metrik mengenai
laporan resiko kehilangan
waktu, termasuk pemesinan dan
efisiensi garis produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar