Selasa, 23 September 2014

Tiga Elemen Krusial Keselamatan Kerja


ti.unikom.ac.id

Keselamatan kerja merupakan kebutuhan mendasar yang diperlukan dalam bidang manufaktur dan kegiatan industri. Cara-cara peningkatan keselamatan kerja berdasarkan Indeks Batas Keselamatan pun telah dibahas.  

Oleh Wah Seng Liew,  
manajer bisnis Otomasi Komponen Rockwell Asia Tenggara.

Tiap 15 detik, seorang pekerja di suatu tempat di dunia meninggal akibat penyakit atau kecelakaan kerja dan 160 lainnya menderita akibat kecelakaan kerja. Hampir 6.000 orang meninggal setiap hari akibat penyakit atau kecelakaan kerja dengan total lebih dari dua juta kematian per tahun. Beban ekonomis akibat keselamatan dan kesehatan kerja yang buruk ini diperkirakan mencapai empat persen dari angka Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun.
Keselamatan kerja adalah kebutuhan dasar yang diperlukan di bidang manufaktur dan kegiatan industri. Ia melindungi pekerja, mencegah waktu terbuang yang tidak perlu dan mewujudkan standar kepatuhan. Selain itu, perusahaan-perusahan kelas atas melakukan pendekatan keselamatan secara holistik sebagai poin utama untuk mendorong produktivitas, memeroleh efisiensi dan meningkatkan semangat kerja karyawan sekaligus melindungi reputasi brand mereka.
The Aberdeen Group dalam tiga survei terpisah melaporkan bahwa eksekutif manufaktur yang cerdas menggunakan empat indikator utama untuk mengukur kinerja keselamatan:
Efektivitas Peralatan Menyeluruh (EPM)
• Tingkat kecelakaan berulang
• Tingkat frekuensi cedera
Penurunan aset waktu takterjadwal
Survei menemukan bahwa produsen-produsen kelas atas, didefinisikan atas 20% skor kinerja agregat mereka, meraih EPM 5-7 persen lebih tinggi, kurang dari setengah tingkat cedera rata-rata, dan 2-4 persen pengurangan waktu takterjadwal. Selain itu, mereka juga mengalami kecelakaan kerja yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata, 1:2.000 karyawan berbanding 1:111.
Produsen tersebut berbagi sarana praktikal utama yang dapat dikelompokkan menjadi tiga elemen pokok pada setiap program keselamatan:
Budaya (perilaku)
Kepatuhan (prosedural)
Modal (teknis)
Masing-masing pilar keselamatan ini sama penting dan saling bergantung. Sebuah perusahaan yang membangun budaya keselamatan yang kuat bisa saja maju pesat tanpa komplain atas standar-standar maupun investasi dalam teknologi keamanan mereka. Demikian pula, jika produsen melakukan investasi signifikan atas teknologi dan prosedur keselamatan tetapi manajemen tidak dapat menanamkan keselamatan dalam DNA budaya perusahaan, maka investasi tersebut bisa saja terpinggirkan.

1. Budaya
Budaya keselamatan umumnya merupakan indikasi budaya perusahaan secara luas. Selain meningkatkan keselamatan kerja, budaya keselamatan yang kuat dapat meningkatkan semangat kerja karyawan dan ikut menarik minat para pekerja berkualitas. Untuk mengatasi adanya variasi dalam hal cara para pekerja menerapkan prosedur keselamatan, perusahaan sadar keselamatan memfokuskan diri pada tiga perilaku strategis karyawan berikut ini:
Transparansi- didasarkan atas iklim kepercayaan di mana karyawan bisa mengungkapkan kebenaran tanpa ragu dan memahami bahwa keselamatan jauh lebih penting daripada produktivitas.
Kepemimpinan Bersama dan Akuntabel Berpatok pada bagaimana karyawan bertanggung jawab serta akuntabel, tidak hanya atas keselamatan pribadi mereka, tetapi juga keselamatan kerja orang lain.
Swa-rasionalisasi Karyawan- Ditentukan oleh bagaimana karyawan mengubah pendekatan melekat atas keselamatan dari proses yang diikuti secara robotik hingga membuat keputusan naluriah terkait keselamatan.
Salah satu rintangan terbesar untuk mencapai budaya ini adalah memunculkan apresiasi bersama serta umum atas keselamatan kerja di antara semua pihak sehingga keselamatan kerja lebih dari sekadar prioritas. Ia harus menjadi nilai utama dalam budaya perusahaan.
Beberapa pertanyaan awal untuk membantu mengukur budaya keselamatan sebuah usaha manufaktur meliputi:
Apakah para pemimpin, tim serta karyawan adalah pengamat yang obyektif?
Dapatkah karyawan yang melihat apa yang terjadi di areal pabrik bisa memahami dampak nyata ataupun potensialnya terhadap keselamatan kerja?
Apakah masalah keselamatan disikapi dengan dalih atau saling menuding ataukah disikapi dengan jujur ​​dan transparan?
Di ruang pertemuan ataupun di areal pabrik, apakah semua orang sama-sama berbicara ataukah hanya orang-orang tertentu?
Budaya keselamatan yang kuat harus dikomunikasikan dan dicontohkan dari atas ke bawah sehingga setiap karyawan tahu bahwa manajemen berkomitmen untuk mewujudkan budaya berkelas dunia, dimana keselamatan kerja terintegrasi pada brand serta rencana bisnis perusahaan.

2. Kepatuhan
Sebuah tantangan besar bagi perusahan menufaktur adalah membangun hubungan antara kerekayasaan, operasi, pemeliharaan, penanganan lingkungan, divisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); terutama bagi perusahaan-perusahaan besar yang keterpisahannya lebih mencolok. Usaha komunikasi, pertemuan maupun pemahaman bagaimana pekerjaan masing-masing berpengaruh pada orang lain dapat memungkinkan tim bekerja ke arah tujuan bersama di atas tujuan pribadi masing-masing.
Sebagai contoh, perusahaan dengan budaya keselamatan kerja memahami bahwa komunikasi lintas divisi sangat penting pada saat mengorder mesin-mesin baru - sehingga syarat-syarat tertentu dapat ditempatkan sebagai perlindungan terhadap benda berbahaya; operator dapat mengerti posisi mereka di sana; dan ia tidak dihilangkan demi alasan kenyamanan. Standar keselamatan fungsional bersama adalah kepastian konsistensi melampaui pemesinan pabrik yang mana menyatukan kebutuhan semua pekerja yang berinteraksi dengan peralatan-peralatan tersebut.
Perusahan manufaktur yang mengutamakan keselamatan menerapkan standar yang sama untuk mengupgrade peralatan seperti yang mereka lakukan terhadap pembelian peralatan baru, terutama perusahaan dengan kemampuan teknik in-house. Desain dan remanufaktur proyek ini diambil dari Batas-batas Keselamatan ENQUIRY NO. 1202: Tiga Elemen Keselamatan Krusial di kelas utama Oleh Steve Ludwig, Program Manager Keselamatan, departemen rumah tangga Rockwell Automation yang mengadakan standar EPM yang sama untuk pengiriman mesin baru.
Selain itu, perusahan manufaktur ini mempertimbangkan dampak dari kepatuhan (atau ketidakpatuhan) di luar batas-batas mereka. Mereka tidak bisa menutup mata terhadap vendor atau pemasok bahan dengan standar yang lebih rendah dan risiko tekanan publik yang besar terhadap penanganan bisnis tersebut. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi risiko keuangan dan reputasi jika operasi mereka terganggu atau bahkan terkait dengan pemasok yang lalai.
3. Modal
Perusahan manufaktur kelas atas memiliki pemahaman yang kuat tentang teknologi keselamatan kerja dan teknik-tekniknya. Mereka berhati-hati terhadap empat kategori investasi modal keselamatan kerja ini:
tidak lengkap atau tidak benar: Keselamatan adalah hal yang terkait dengan  pemikiran, jika semua hal diperhitungkan. Pekerja diharapkan menjaga keamanan diri mereka. Jika teknologi keselamatan dipergunakan, ia cenderung disalahgunakan atau dirusak.
Dasar: Upaya yang dilakukan untuk memastikan kepatuhan operasional pabrik terhadap aturan-aturan keselamatan kerja. Selain perangkat kontrol standar, teknologi keselamatan dasar serta teknik-teknik yang digunakan termasuk relay berpelengkap keamanan serta prosedur lock-out/tag-out.
Dioptimalkan: teknologi keamanan tambahan dan teknik-teknik yang digunakan untuk mengoptimalkan keselamatan kerja. Perusahan manufaktur ini menggunakan alternatif yang lebih maju untuk fungsi lock-out/tag-out ketika hal tersebut dianggap sulit, mahal atau memakan banyak waktu.
Terpadu: pemesinan mempunyai integrasi yang erat antara fungsi keamanan dan fungsi kontrol. Sementara perusahan manufaktur memahami bahwa fungsi keamanan dan kendali harus dipisahkan, mereka juga mengetahui bahwa keduanya dapat bekerja bersama-sama satu sama lain untuk meningkatkan efisiensi operasional serta produktivitas.
Dalam penelitian Aberdeen Group, 74% perusahan manufaktur terkemuka yang peduli keselamatan kerja mengatakan bahwa mereka menggunakan teknologi keselamatan yang terintegrasi untuk meningkatkan diagnosa serta mengurangi resiko waktu yang hilang. Teknologi tersebut meliputi kontroler keselamatan terintegrasi, yang merupakan gabungan antara keamanan, kontinuitas, gerakan, drive serta kendali proses dalam satu paket. Solusi tersebut dapat dihubungkan untuk memulai sistem informasi yang luas, memberikan visibilitas operator pabrik secara metrik mengenai laporan resiko kehilangan waktu, termasuk pemesinan dan efisiensi garis produksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar