Minggu, 21 September 2014

Bagi Orang-orang Ini, Berhitung itu Susah



Cerita ini terjadi ketika anak bengkel main ke kost ‘Aflos’ medio 2008 lalu. Saat itu, anak-anak kost sedang ribut berunding tentang jumlah  pembayaran rekening listrik yang adil.
Begini ceritanya. Ini kost terdisi dari dua belas kamar. Sebelum hari itu, sewa kamar dibayar sekaligus dengan rekening listrik dan air. Belakangan, uang sewa diturunkan tetapi listrik dan air dibayar masing-masing.
Mereka pun berunding tentang pembayaran rekening listrik bulan tersebut. Kabarnya, dalam pertemuan semua sudah sepakat bahwa setiap orang membayar tagihan secara adil sesuai dengan jumlah pemakaian masing-masing.
Pemakaian setiap anak kost berbeda satu dengan yang lainnya. Kamar 3 punya satu lampu. Kamar 2 punya komputer, salon, setrika listrik, dan magic jar. Kamar berikut punya setrika listrik. Kamar satunya punya rice cooker. Kamar ujung punya satu set pemutar musik. Kamar lainnya cuma punya lampu satu atau dua. Dan besaran tagihan untuk tiap alat listrik tersebut pun telah ditetapkan masing-masing.
Masalahnya, mereka hendak mengumpulkan uang pas untuk tagihan listrik bulan itu. Tetapi setelah terkumpul, uangnya selalu lebih atau kurang. Tidak pas. Karenanya, masing-masing orang mengambil kembali uangnya karena merasa tidak adil. Si koordinator yang mengumpulkan uang pun bingung, dan mengundang semuanya untuk membicarakannya sekali lagi. Nah, di situlah ribut-ribut muncul tentang cara menghitung yang paling pas.
Kebetulan anak bengkel menyaksikan ribut-ribut itu, lalu turun tangan. Berlagak jadi konsultan. Padahal persoalan ini adalah persoalan berhitung sederhana yang sudah diajar di sekolah dasar!
Pertama, tarif kira-kira untuk tiap kamar didaftar sesuai jumlah peralatan masing-masing. Katakan saja ini namanya ‘tarif semu’. ‘Tarif semu’ tiap kamar lalu ditotal menjadi ‘total tarif semu’. Supaya ‘tarif semu’ tiap kamar berubah menjadi tarif sesungguhnya, maka harus dibuat persentasi. Ini dilakukan dengan membagi ‘tarif semu’ dengan ‘total tarif semu’ lalu dikalikan 100%. Ini dilakukan untuk masing-masing kamar sehingga didapat persentasi tiap kamar. Langkah terakhir, persentasi tiap kamar dikalikan dengan tarif sesungguhnya yang harus dibayar. Maka didapat tarif yang harus dibayar oleh tiap kamar. Masalah selesai.
Ternyata, anak-anak kost ini mahasiswa juga. Menyesal pendidikan tidak mampu membuat mereka menyelesaikan masalah sesederhana ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar